Untuk kesekian kalinya Persija diusir kembali dari rumahnya di Jakarta. Keputusan polda untuk tidak memberikan izin atas pertandingan melawan Persiba dan Barito Putra, membuat Persija harus menjalani pertandingan-pertandingan tersebut di kota lain.
Sudah beberapa tahun ini, Persija sulit mendapatkan izin bertanding di Jakarta, sehingga harus menjalankannya di kota lain. Selama ini pula, issue supporter yang sulit diatur dan memicu kerusuhan, menjadi alasan izin tersebut tidak keluar dari pihak keamanan.
Ada beberapa opini yang bergulir di kalangan supporter Persija terkait keputusan dari pihak keamanan. Mulai dari bebalnya instansi tersebut, hingga ketidak pedulian gubernur DKI selaku pembina Persija yang notabene membawa Jakarta.
Perizinan memang ada di tangan dari instansi tersebut. Banyak aspek yang menjadi penilaian dan pertimbangan mereka untuk memberikan perizinan saat manajemen mengajukan permohonan. Salah satunya adalah rekomendasi dari pemerintah daerah yang dalam hal ini, Persija dibina oleh Gubernur DKI Jakarta. Namun tidak serta merta Gubernur dan jajarannya memberikan rekomendasi, karena yang ahrus diurus oleh mereka bukan hanya Persija. Untuk itu, perlu ada koordinasi antara manajemen Persija dengan Pemda. Pertanyaannya adalah, sudahkah ada koordinasi?
Berdasarkan informasi yang gue terima melalui sumber yang vaildasinya bisa diterima dengan sah, manajemen belum pernah berkoordinasi dengan Pemda. Manajemen dalam hal ini diwakili oleh ketua umum dari klub Persija. Tidak hanya soal perizinan, banyak hal yang terlewat dikarenakan tidak adanya koordinasi dari beliau kepada Gubernur yang memegang kuasa tertinggi di pemerintahan daerah Jakarta.
Selama ini, kita banyak menuntut pihak-pihak lain untuk memberikan perhatian kepada Persija kita. Tetapi, kita melupakan bahwa manajemenlah yang paling bertanggung jawab atas nasib tim ini. Kita supporter, kita konsumen, kita berhak menuntut kualitas yang baik dari apa yang kita beli dari apa yang kita bayar. Manajemen selaku pengelola, seharusnya memberikan yang terbaik. Untuk itu perlu usaha yang terbaik juga agar produk yang mereka jual ini, bisa tetap diminati oleh para konsumennya.
Sampai kapan kita terus menerus merengek kepada pemerintah daerah yang tidak diberitahu secara langsung oleh manajemen tentang keadaan Persija? Sampai kapan juga kita menyalahkan pihak keamanan yang selama ini hanya bertemu dengan segelintir manajemen dan pengurus organisasi pendukung klub tanpa ada pihak mediator yang bisa memberikan rekomendasi? Sampai ego dari ketua umum mencair, hingga mau berkoordinasi dengan mereka yang memiliki legalitas. Kapan? Mungkin esok, mungkin lusa, atau mungkin nanti saat Persija ada di Divisi Utama. Begitu pak Ferry Paulus? (Edja-JO)